Kondisi bumi
kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan dari efek rumah
kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan asam rusaknya
lapisan ozon hingga hilangya hutan tropis. Semua jenis polutan itu
rata-rataakibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium,
plutonium, batu bara dan lainya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa
bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non
fosil. Dengan kondisi yang sudah sedemkian memperhatinkan, gerakan hemat energy
sudah merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan menghemat
bahan bakar dan menggunakan bahan bakar non-fosil yang dapat diperbaharui
seperti tenaga angin, tenaga air, energy panas bumi, tenaga matahari, dan
lainya. Duniapun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan bahan
bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil, terutama
tenaga surya yang tidak terbatas. PLTS adalah salah satu pembangkit listrik
yang sangat sederhana dan mudah dipasang dirumah, Sehingga PLTS merupakan salah
satu sarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik yang sangat ramah
lingkungan. Mengingat Indonesia merupakan daerah tropis, maka sangatlah baik
jika PLTS dikembangkan dengan sungguh-sungguh.
PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya
berbasis silikon pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory
mengamati silikon polikristalin akan membentuk buit in junction, karena adanya
efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton
mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara
junction, dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk
meningkatkan efisiensi konversi energi foton menjadi energi listrik semakin
intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya dengan beraneka bahan dan
konfigurasi geometri pun berhasil dibuat.
Indonesia adalah negara tropis yang hanya mengalami dua
musim, panas dan hujan. Matahari akan bersinar sepanjang tahun, meskipun pada
musim hujanintensitasnya berkurang. Kondisi iklim ini menyebabkan matahari
dapat menjadialternatif sumber energi masa depan di Indonesia. Selain matahari,
Indonesia jugamempunyai cadangan minyak dan gas bumi yang relatif banyak.
Sebagian telahdieksploitasi. Masalahnya minyak dan gas bumi adalah sumber
energi yang tidak terbaharui. Tanpa pemakaian yang bijaksana suatu saat sumber
tersebut akan habis.Selain itu, pembakaran minyak dan gas bumi menimbulkan
polusi udara. Ketika isu lingkungan makin keras disuarakan oleh kelompok
‘hijau’, sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarui menjadi aset
berharga. Apalagi penggunaan energisurya Indonesia saat ini masih kurang dari
5% total pemakaian energi nasional.kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan
karena tercemarnya lingkungan dariefek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan global warming, hujanasam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya
hutan tropis. Semua jenis polusi iturata-rata akibat dari penggunaan bahan
bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang
tiada hentinya.
Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak
dapat diperbaharui, tidakb seperti bahan bakar non-fosil.Dengan kondisi yang
sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energisudah merupakan keharusan
di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan menggunakan bahan
bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui sepertitenaga angin, tenaga air,
energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Dunia pun sudah mulai merubah
tren produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke
bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. Sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karenadapat
digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik,
perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris
tanpa dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di
negara-negara industri maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa
negara di Eropadengan bantuan subsidi dari pemerintah telah diluncurkan
program-program untuk memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja
di negara-negara sedang berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian
sumber energi yang dapatdiperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih
mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya atau kami singkat dengan PLTS
maka dalam tulisan ini akan di jelaskan secara singkat komponen-komponen yang
membentuk PLTS, sistem kelistrikan tenaga surya.Prinsip Kerja dan Klasifikasi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
merupakan jenis pembangkit energi listrik alternatif yang dapat mengkonversi
energi cahaya menjadi energi listrik.
Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga surya
untuk dapat menghasilkan energi listrik, yaitu :
·
Pembangkit Listrik
Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) – Dalam pembangkit ini, energi cahaya
matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida
tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap yang
digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
·
Pembangkit Surya
Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) – Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel
surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik
secara langsung.
Kelebihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah
:Cahaya matahari merupakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak akan habis.
Oleh karena melimpahnya ketersediaan cahaya inilah, pembangkit listrik tenaga
surya dapat menjadi pembangkit listrik alternatif yang dapat menggantikan
energi-energi lainnya yang tidak dapat diperbarui, seperti gas alam, batubara,
minyak, nuklir dll.
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit
listrik yang bersih dan ramah lingkungan. Pembangkit ini hanya membutuhkan
cahaya matahari sebagai komponen utama penghasil energi listriknya. Selain itu,
tidak ada limbah keluaran dari hasil proses pembangkitannya. Oleh karena itu,
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat menggantikan pembangkit listrik
lain untuk mengurangi jumlah limbah keluaran yang memiliki dampak negatif bagi
lingkungan, seperti nuklir dan batubara.
Umur pemakaian dari komponen penyusunnya, seperti sel
surya, relatif panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa membangun pembangkit
listrik tenaga surya merupakan suatu investasi jangka panjang.
Karena bentuknya yang sederhana dan ringkas, maka
pembangkit listrik tenaga surya mudah dalam pemasangan dan juga mudah dalam
perawatannya.
Jika dipasang secara individual (satu rumah satu sistem).
Rumah yang berjauhan sekalipun tidak memerlukan jaringan kabel distribusi.
Selin itu, gangguan pada satu sistem tidak mengganggu sistem lainnya.
1.1.2. Kerugian pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS) :
Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang
hari. Lebih buruk lagi bila proses pembangkitan dilakukan pada musim penghujan.
Langit sering kali ditutupi oleh awan. Sehingga besarnya cahaya matahari yang
akan dikonversi ke energi listrik tidak optimal.
Bahan pembuatan komponen pembangkit listrik tenaga surya
masih berharga mahal. Terutama untuk tipe sel fotovoltaik.
1.1.3. Dampak PLTS Terhadap Lingkungan
a.
Gas Rumah Kaca
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik
tenaga surya saat ini berada di kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi
15 g/kWh di masa yang akan datang. Sebagai perbandingan, PLTGU batubara
menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit listrik berbahan bakar minyak
menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara menghasilkan 915-994 g/kWh
atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan
pembangkit listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh.
Hanya pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi temperatur rendah yang
menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus
hidup beberapa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang
dibutuhkan untuk menambang uranium dan energi pembangunan pembangkit listrik
serta dekomisioning, adalah di bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir
lainnya menghasilkan jauh lebih tinggi.
b.
Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah
penggunaan kadmium dalam sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam
bentuk logam adalah zat beracun yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi
dalam rantai makanan ekologi. Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis
modul Photovoltaic (PV) relatif kecil, yaitu 5-10 g/m². Dengan teknik kontrol
emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi modul dapat ditekan menjadi nol.
Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh
dalam satu siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut muncul melalui
penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran
batubara dan lignit menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari
batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh,
lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik
digunakan untuk pembuatan modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran
batubara, emisi kadmium dari penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat
dihilangkan seluruhnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam
makah ini kami membahas tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya secaraumum
meliputi,
1)
Bagaimana prinsip kerja sitem Pembangkit
Listrik Tenaga Surya?
2)
Apa saja Komponen Pembangkit Listrik Tenaga
Surya?
3)
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Surya?
4)
Pembagian Sistem PLTS.?
1.3. Tujuan
Untuk
mengetahui apa saja yang termasuk di dalam pembangkit tenaga listrik surya:
- Untuk
mengetahui tentang pembangkit listrik tenaga surya
- Mengetahui
prinsip kerja dari pembangkit tenaga listrik surya
- Apa
itu Energy Surya
- Apa
saja Komponen Sistem Photovoltaic
- Panel
Surya
6. Baterai
7. Regulator
8. Konverter
9.
Peralatan
atau Beban
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
Sejarah PLTS Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama
kali ditemukan oleh Alexandre – Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis
pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan cikal bakal teknologi solar cell.
Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2 elektrode dengan berbagai macam
cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan bahan yang sensitif
terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak hitam yang
dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik
meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari
Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur
Inggris Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo
conductivity. Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day
membuktikan bahwa Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan
cahaya matahari. Hasil penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah
tenaga matahari secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau
panas. Sehingga di simpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak
dapat digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik. Tahun 1894 Charles Fritts
membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor
(selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas.
Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum
juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor
cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai
photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari
paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.”
Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat
Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew
Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel
Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga
mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect
yang dipublikasikan 18 tahun sebelumnya. Hingga tahun 1980 an efisiensi dari
hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat rendah sehingga belum dapat
digunakan sebagai sumber daya listrik. Tahun 1982, Hans Tholstrup seorang
Australia mengendarai mobil bertenaga surya pertama untuk jarak 4000 km dalam
waktu 20 hari dengan kecepatan maksimum 72 km/jam. Tahun 1985 University of
South Wales Australia memecahkan rekor efisiensi solar cell mencapai 20%
dibawah kondisi satu cahaya matahari. Tahun 2007 University of Delaware
berhasil menemukan solar cell technology yang efisiensinya mencapai 42.8% Hal
ini merupakan rekor terbaru untuk “thin film photovoltaicsolar cell.”
Perkembangan dalam riset solar cell telah mendorong komersialisasi dan produksi
solar cell untuk penggunaannya sebagai sumber daya listrik.
Di Indonesia sejarah perkembangan PLTS sudah dimulai
sejak 1987, pada tahap awal tersebut BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit
PLTS atau lebih spesifik lagi SHS (Solar Home System, system pembangkit listrik
tenaga surya untuk lampu penerangan rumah) di desa sukatani jawa barat. Setelah
itu pada tahun 1991 dilanjutkan dengan proyek bantuan presiden (banpres listrik
tenaga surya masuk desa) untuk pemasangan 13445 unit SHS di 15 propinsi.
Program banpres listrik tenaga surya masuk desa juga telah memperoleh sambutan
sangat menggembirakan dari masyarakat perdesaan dan telah terbukti dapat
berjalan dengan baik akan dijadikan model guna implementasi program listrik
tenaga surya untuk sejuta rumah.
Gambar 1.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Photovoltaic
Plants)
B.
Prinsip Kerja dan Klasifikasi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan jenis
pembangkit energi listrik alternatif yang dapat mengkonversi energi cahaya
menjadi energi listrik. Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga
surya untuk dapat menghasilkan energi listrik, yaitu :
1)
Pembangkit Listrik
Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) – Dalam pembangkit ini, energi cahaya
matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida
tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap yang
digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
2)
Pembangkit Surya
Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) – Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel
surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik
secara langsung.
Berikut akan dijelaskan tentang keduanya :
1.
Pembangkit Listrik
Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam
berbagai cara. Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik
surya terkonsentrasi (concentrated solar power plants). Tipe yang paling banyak
digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola dirancang untuk
menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang
anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus
tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut.
Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang dipanaskan
hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad fahrenheit
(150 derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke
ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan
menghasilkan energi listrik.
Gambar 1.2. Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar
Thermal Power Plants)
Gambar
1.3. Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya
2.1. Tenaga Surya
Energi surya adalah sumber energi terbarukan yang paling
penting (energi angin pada dasarnya juga berasal dari energi surya), dan hanya
energi panas bumi dan pasang surut yang tidak memperoleh energi mereka dari
matahari.
Banyak orang menggunakan istilah energi surya dan tenaga
surya sebagai sinonim meskipun hal ini mengandung kesalahan karena tenaga surya
mengacu pada konversi sinar matahari menjadi listrik (dalam banyak kasus
menggunakan photovoltaic).
Pemanfaatan energi surya memiliki potensi masa depan yang
sangat besar, tidak hanya dalam menyediakan listrik dan panas tetapi juga untuk
digunakan pada proses industri serta pengembangan kendaraan surya.
Meskipun energi surya adalah bentuk energi paling
berlimpah yang tersedia di planet bumi, energi surya tetap bukanlah sumber
energi yang sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk pada kalahnya paritas biaya
dibandingkan bahan bakar fosil tetapi juga karena masalah intermitten (tidak
kontinyu). Seperti yang kita ketahaui, energi surya tidak tersedia pada malam
hari dan karenanya membutuhkan solusi penyimpanan energi yang memadai untuk
menutup kekurangan ini.
Banyak pakar energi serta ilmuwan percaya bahwa tinggal
masalah waktu sebelum energi surya menjadi sumber energi yang paling penting di
planet bumi, melempar bahan bakar fosil ke dalam buku sejarah.
International Energy Agency (IEA) tahun 2011 telah
mengumumkan bahwa teknologi energi surya memiliki potensi untuk memasok
sepertiga energi dunia pada tahun 2060, mengingat bahwa para pemimpin dunia
telah berkomitmen untuk membatasi dampak perubahan iklim.
Memanfaatkan energi matahari dan tidak terus menerus
menggunakan bahan bakar fosil akan memperlambat dampak perubahan iklim dan
memberikan cukup waktu bagi banyak spesies untuk beradaptasi dengan perubahan
iklim dan karenanya akan membantu melestarikan keanekaragaman hayati di planet
bumi.
Tidak hanya itu, energi surya akan meningkatkan keamanan
energi dan kemandirian energi di banyak negara di dunia, serta memastikan
kemajuan dalam keberlanjutan masa depan energi bersih.
2.2. Komponen Sistem Photovoltaic
Dasar sistem photovoltaic terdiri dari empat komponen
utama:
1)
Panel surya (solar
panel).
Panel surya atau ( solar cell ) adalah alat
untuk mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik. Sedangkan
Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi
radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung. Photovoltaic biasanya
dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul.
2)
Batere (batteries)
Baterai adalah alat yang menyimpan daya yang
dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera digunakan oleh beban. Daya yang
disimpan dapat digunakan saat periode radiasi matahari rendah.
3)
Regulator
penyimpanan daya juga dikenal sebagai
pengontrol penyimpanan daya, pengatur tegangan, pengontrol
penyimpanan-pengeluaran atau pengontrol penyimpanan-pengeluaran dan muatan.
4)
Beban (load)
Panel bertanggung jawab untuk mengumpulkan daya matahari
dan membangkitkan listrik. Baterai menyimpan daya listrik untuk penggunaannya
nanti. Regulator menjamin panel dan baterai bekerja sama dalam model optimal.
Beban merujuk pada alat apapun yang memerlukan daya listrik, dan merupakan
jumlah konsumsi listrik dari semua peralatan listrik yang dihubungkan dengan
sistem. Penting untuk diingat bahwa panel surya dan batere menggunakan arus
searah atau direct current (DC).
Jika jangkauan tegangan operasional peralatan anda tidak
cocok dengan tegangan yang disediakan oleh batere anda, anda perlu menggunakan
converter untuk menyesuaikan tegangan. Jika peralatan anda menggunakan tegangan
yang berbeda dengan tegangan batere, anda perlu mengunakan konverter DC/DC
(DC/DC converter). Jika sebagian dari peralatan anda memerlukan tegangan AC,
maka anda perlu menggunakan konverter DC/AC (DC/AC converter), yang juga
dikenal sebagai inverter.
Setiap sistem daya listrik sebaiknya memasukkan berbagai
alat keamanan untuk mengantisipasi kekacauan. Alat ini meliputi perkabelan yang
baik, sekering, proteksi perubahan tegangan (surge protector), sekering,
pentanahan, penangkal petir, dll.
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa
panel surya dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan
mengumpulkan energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi
energi listrik. Energi listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat
ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan
pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi
listrik dalam skala besar.
2.3. Panel Surya
Panel surya atau ( solar cell ) adalah alat untuk
mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik. Sedangkan Photovoltaic
adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi radiasi
matahari menjadi energi listrik secara langsung. Photovoltaic biasanya dikemas
dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam sebuah modul surya terdiri dari
banyak sel surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel. Sedangkan yang
dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen semikonduktor yang dapat
mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas dasar efek fotovoltaik.
Solarcell mulai popular akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya cadangan enegi
fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan juga sangat murah karena
sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.
Panel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5
volt. Jadi sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36
sel.
Panel
surya (solar panel) terdiri dari sel surya yang mengumpulkan radiasi surya dan
mengubahnya menjadi daya listrik. Bagian sistem ini kadang-kadang dinamakanmodul surya (solar module) atau pembangkit listrik daya
photovoltaic (photovoltaic generator). Sekumpulan panel surya dapat dibuat
dengan menyambung sekumpulan panel dalam serial dan/atau paralel untuk
menyediakan daya yang diperlukan untuk beban yang ada. Arus listrik yang
disediakan oleh panel surya bervariasi secara proporsional terhadap radiasi surya.
Ini akan bervariasi menurut kondisi iklim, jam, dan waktu pada suatu tahun.
Beberapa
teknologi dapat digunakan dalam pembuatan sel surya. Yang paling banyak digunakan adalah
kristal silicon, dan dapat berupa baik monocry stalline atau polycrystalline. Silikon amorphous (Amorphous silicon) bisa lebih murah tetapi
lebih tidak efisien untuk mengubah daya surya ke
listrik. Dengan waktu hidup yang berkurang dan efisiensi transformasi 6 sampai
8%, amorphous silicon biasanya digunakan untuk peralatan berdaya rendah,
seperti kalkulator yang
mudah dibawa. Teknologi surya baru, seperti silicon ribbon dan photovoltaics film
tipis, sekarang ini dalam perkembangan. Teknologi ini menjanjikan efisiensi
yang lebih tinggi tetapi belum tersedia secara luas.
Gambar 1.4. Skema solarcell atau Panel surya
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel
surya dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan
energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik.
Energi listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit
surya fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit
listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi listrik
dalam skala besar.
Gambar 1.5.
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
2.3.1. Beberapa hal yang perlu diingat
pada saat pemasangan panel surya adalah:
1. Panel di tempatkan di bagian atap yang tidak terkena bayangan
pohon atau benda lain.
2. Atap cukup kuat menahan beban panel dan angin
3. Penempatan panel memungkinkan pembersihan dan perbaikan.
4. Tersedia jarak dengan atap untuk sirkulasi udara di bawah
panel surya
2.3.2. Prinsip Panel Surya
Prinsip dari Panel surya ialah mengubah intensitas cahaya
matahari menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk menjalankan
peralatan elektronik. Panel surya/modul surya merupakan suatu paket yang
terdiri dari sel-sel yang disusun secara horizontal dan dilapisi oleh kaca
sehingga dapat di pasang menghadap matahari. Sebuah modul diklasifikasikan
berdasarkan daya maksimumnya. Sel-sel itu terbuat dari kristal silikon yang
dikembangkan dalam bentuk ingot. Dalam potongan tipis yang disambungkan melalui
elektroda untuk membentuk sel.
2.3.3. Keuntungan Panel Surya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yaitu mampu menyuplai
listrik untuk lokasi yang belum dijangkau jaringan listrik PLN :
1. Potensi pemanfaatan energi surya tersebar secara merata
sehingga dapat digunakan untuk daerah yang terpencil
2. Listrik surya merupakan solusi yang cepat, karena proses
instalasi yang relatif cepat untuk menghasilkan listrik penerangan dll.
3. Tenaga Surya merupakan energi yang sangat bersih, karena
sifatnya secara fisika dapat Meng-absorbsi UV radiasi (dari matahari), tidak
menghasilkan emisi sedikitpun, tidak menimbulkan suara berisik dan tidak
memerlukan bahan bakar yang perlu dibeli setiap harinya.
4. Sistem tenaga Surya sudah terbukti handal lebih dari 50 tahun
mendukung program luar angkasa, dimana tidak ada sumber energi lain, tidak juga
juga nuklir, yang mampu bertahan dalam keadaan extrim di luar angkasa.
5. Panel Surya merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan
potensi energi radiasi matahari sebesar 4,8 Kwh/ m2 / hari (* Data BPPT tahun
2005) yang merupakan potensial daya yang cukup besar dan belum maksimal
dimanfaatkan di Indonesia.
6. Panel Surya mempunyai kesan modern dan futuristik, tetapi
juga mempunyai kesan peduli lingkungan dan bersih. Sangat cocok untuk dunia
arsitektur modern yang memadukan unsur-unsur penting tersebut.
Gambar 1.6.
Sistem kerja Panel surya
2.4. Baterai
Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga
listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan
pada saat ada sinar matahari. Baterai adalah
alat yang menyimpan daya yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera
digunakan oleh beban. Daya yang disimpan dapat digunakan saat periode radiasi matahari
rendah. Komponen baterai kadang-kadang dinamakan akumulator (accumulator).
Baterai menyimpan listrik dalam bentuk daya kimia. Baterai yang paling biasa
digunakan dalam aplikasi surya adalah baterai yang bebas pemeliharaan bertimbal
asam (maintenance-free lead-acid batteries), yang juga dinamakan baterai
recombinant atau VRLA (klep pengatur asam timbal atau valve regulated lead
acid).
Disamping
menyimpan daya, baterai-baterai bertimbal asam yang disekat juga melayani dua
fungsi penting:
Mereka
dapat menyediakan daya seketika yang lebih kuat dibandingkan dengan apa yang
dihasilkan oleh sekumpulan panel. Daya seketika ini diperlukan untuk memulai
beberapa peralatan, seperti mesin kulkas atau pompa. Mereka menentukan tegangan
operasi instalasi anda
Untuk
instalasi daya kecil dan dimana keterbatasan ruang penting, jenis baterai
lainnya (seperti NiCd, NiMh, atau Li-ion) dapat digunakan. Baterai seperti ini
memerlukan charger/regulator yang khusus dan tidak dapat secara langsung
digunakan untuk menggantikan baterai bertimbal asam.
2.5. Regulator
Regulator adalah rangkaian regulasi atau pengatur
tegangan keluaran dari sebuahcatu daya agar efek darinaik atau turunnya
tegangan jala-jala tidak mempengaruhitegangan catu daya sehingga menjadi
stabil.Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple -nya kecil,
tetapiada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan
outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus
semakin besarternyata tegangan dc keluarannya juga ikut turun. Untuk beberapa
aplikasiperubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen
aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator
penyimpanan daya juga dikenal sebagai pengontrol penyimpanan daya, pengatur
tegangan, pengontrol penyimpanan-pengeluaran atau pengontrol
penyimpanan-pengeluaran dan muatan. Regulator berada di antara array
panel-panel, baterai, dan peralatan atau beban anda.
Ingatlah bahwa
tegangan baterai, walaupun selalu dekat 2 V setiap selnya, bervariasi menurut
kondisi penyimpanan dayanya. Dengan mengamati tegangan baterai, pengatur
mencegah penyimpanan atau pengeluaran daya yang berlebihan.
Pengatur yang
digunakan di aplikasi surya sebaiknya disambung dalam serial: mereka memutuskan
array panel-panel dari baterai untuk menghindari penyimpanan daya yang
berlebihan, dan mereka memutuskan baterai dari beban untuk menghindari
pengeluaran daya yang berlebihan. Penyambungan dan pemutusan dilakukan oleh
switch yang jenisnya bisa dua macam: electromechanical (relay) atau solid state
(transistor bipolar, MOSFET). Pengatur tidak boleh sekali-sekali disambungkan
secara paralel.
Guna melindungi
baterai dari pembuatan gas, switch membuka sirkuit penyimpanan daya ketika
tegangan dalam baterai mencapai pemutusan tegangan tingginya atau high voltage
disconnect (HVD) atau titik batas yang ditentukan. Pemutusan tegangan rendah
atau low voltage disconnect (LVD) mencegah baterai dari pengeluaran energi yang
berlebihan dengan memutuskan atau menahan beban. Untuk mencegah hubungan
penyambungan dan pemutusan yang terus-menerus, pengatur tidak akan
menghubungkan beban kembali sampai baterai mencapai tegangan penyambungan
kembali yang rendah atau low reconnect voltage (LRV).
Nilai umum
untuk sebuah baterai timbal-asam 12 V adalah:
Titik tegangan
|
tegangan
|
LVD
|
11,5
|
LRV
|
12,6
|
tegangan konstan teregulasi
|
14,3
|
Penyamaan
|
14,6
|
HVD
|
15,5
|
Pengatur yang
paling modern juga dapat secara otomatis memutuskan panel selama malam hari
untuk menghindari pengeluaran daya baterai. Mereka juga dapat secara berkala
menyimpan daya baterai yang berlebihan untuk meningkatkan umur mereka, dan
mereka mungkin menggunakan mekanisme yang dikenal sebagai modulasi pulsa lebar
atau pulse width modulation (PWM) untuk mencegah gassing yang berlebihan.
Karena titik
operasi daya puncak array panel akan bervariasi dengan suhu dan penerangan
surya, pengatur yang baru mampu secara konstan melacak titik maksimum daya array
surya. Fitur ini dikenal sebagai pelacakan titik daya maksimum atau maximum power point tracking (MPPT).
Perlunya Regulator
Ada beberapa alasan yang mungkin diperlukannya sebuah
regulator
1.
Fluktuasi tegangan jala-jala
2.
Perubahan tegangan akibat beban (loading)
3.
Perlu pembatasan arus dan tegangan untuk keperluan tertentu
Ada
4 jenis regulator :
1.
Regulator Dengan Zener
Rangkaian
regulator yang paling sederhana, zener bekerja padadaerah
breakdown
sehingga menghasilkan tegangan output yangsama dengan tegangan zener atau : Vout
= Vz
Gambar 1.7. Rangkaian
regulator dengan zener
Namun,
rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebihdari 50mA.
2.
Regulator
Zener Follower
Regulator ini pada dasarnya adalah regulator zener yang
dikonfigurasikan dengan sebuah transistor NPN untuk menghasilkan arus yang cukup besar. V BE adalah
tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnyaantara
0.2 - 0.7 volt bergantung pada jenis transistor yangdigunakan. Dengan mengabaikan arus I.
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zeneruntuk
mencapai tegangan break down zener tersebut.Besar arus ini dapat diketahui dari
data sheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
3. Regulator Op-Amp
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalahdengan menggunakan
Op-Amp untuk men-drive transistor Q. Dioda zener di sini tidak langsung memberi
umpan ke transistor Q,tetapi sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan
balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluarregulator,
yaitu :
V in(-) = (R2/(R1+R2)) V out
Jika tegangan keluar V out menaik, teganganV in(-) juga akan
menaik sampai tegangan inisama dengan tegangan referensi Vz.Demikian sebaliknya
jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus kebeban
meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi V z denganmemberi
arus IB ke transistor Q1 sehinggapada setiap saat Op-amp menjaga
kestabilan : V in(-) = V z
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi
rumus,diperoleh hubungan matematis :
V out = ( (R1+R2)/R2) V z
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur
besar R1 danR2.
4. Regulator IC
(Integrated Circuit)
Sekarang
mestinya tidak perlu susah payah lagimencari op-amp,transistor dan komponen
lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas
karenarangkaian semacam ini sudah dikemas menjadisatu IC regulator tegangan
tetap. Saat inisudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulatortegangan tetap positif
dan seri 79XX yangmerupakan regulato runtuk tegangan tetap negatif.Bahkan komponen
ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter ) dan juga
pembatas suhu (
thermal
shutdown). Komponen ini hanya tigapin dan dengan menambah beberapa komponen
saja sudah dapat menjadirangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.
2.6. Konverter
Converter adalah suatu alat untuk mengkonversikan daya
listrik dari satu bentuk ke bentuk daya listrik lainnya.
Converter terbagi menjadi 5 jenis:
- Konverter AC – DC (Rectifier)
- Konverter AC – AC (Cycloconverter)
- Converter DC – DC (DC Chopper)
- Konverter DC – AC (Inverter)
- Penyearah: rangkaian penyearah diode
mengubah tegangan ac ke tegangan dc tetap. Tegangan masukan ke penyearah
dapat bersifat satu fasa ataupun tiga fasa.
Konverter
DC/DC mengubah tegangan DC menjadi tegangan DC lainnya dengan nilai yang
berbeda. Ada dua metode konversi yang dapat dipergunakan untuk mengubah
tegangan dari baterai: konversi linear atau linear conversion dan konversi
peralihan atau switching conversion.
Konversi
linear menurunkan tegangan dari baterai dengan mengubah kelebihan daya menjadi
panas. Metode ini sangat sederhana namun pada kenyataannya tidak efisien.
Konversi peralihan pada umumnya menggunakan komponen magnetik untuk menyimpan
daya secara sementara dan mengubahnya menjadi tegangan lainnya. Tegangan yang
dihasilkan bisa lebih besar, lebih rendah, atau kebalikan (negatif) daripada
tegangan input.
Efisiensi
pengatur linear berkurang dengan semakin banyaknya perbedaan antara tegangan
input dan tegangan output. Misalnya, jika kita ingin mengubah dari 12 V ke 6 V,
pengatur linear akan mempunyai efisiensi sebanyak hanya 50%. Pengatur peralihan
standar mempunyai efisiensi sedikitnya 80%.
Inverter alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan
searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating
current). digunakan ketika peralatan anda memerlukan daya AC. Inverter memotong
dan membalikkan arus DC untuk membangkitkan gelombang segi empat yang nantinya
disaring menjadi gelombang sinus yang disesuaikan dan menghapus harmonik yang
tidak diinginkan. Sangat sedikit inverter yang sebetulnya menyediakan gelombang
sinus yang murni sebagai output. Kebanyakan model yang tersedia di pasar
menciptakan apa yang diketahui sebagai "gelombang sinus yang
termodifikasi", karena output tegangan mereka bukanlah sinusoid yang
murni. Ketika kita memikirkan efisiensi, gelombang sinus yang termodifikasi
berkinerja lebih baik daripada inverter sinusoidal yang murni.
Ketahuilah bahwa tidak semua peralatan akan menerima gelombang
sinus yang termodifikasi sebagai tegangan input. Secara umum, beberapa printer
laser tidak akan berkerja dengan gelombang sinus inverter yang termodifikasi.
Mesin akan tetap berfungsi, tetapi mereka mungkin memakan lebih banyak daya
daripada jika mereka diberi input dengan gelombang sinus murni. Selain itu,
power supply DC cenderung semakin memanas, dan pengeras audio dapat
mengeluarkan bunyi berdengung.
Disamping tipe bentuk gelombang, beberapa fitur penting inverter
juga termasuk:
Ø
Kehandalan
saat adanya sentakan. Inverter mempunyai dua penilaian daya: satu untuk daya
yang terus-menerus, dan yang lebih tinggi untuk daya tertinggi. Mereka dapat
menyediakan daya tertinggi untuk waktu yang sangat singkat, seperti ketika
menghidupkan mesin. Inverter juga sebaiknya dapat secara aman menginterupsi
dirinya sendiri (dengan sakelar pemutus (circuit breaker) atau sekering)
seandainya terjadi arus sirkuti pendek, atau jika daya yang diminta terlalu
tinggi.
Ø
Efisiensi
konversi. Inverter paling efisien ketika memberikan 50% sampai 90% dari rating
daya terus-menerus mereka. Anda sebaiknya memilih inverter yang hampir sesuai
dengan syarat beban anda. Pabrik biasanya menyediakan kinerja inverter di 70%
dari daya nominalnya.
Ø
Pengisian
daya baterai. Banyak inverter juga memasukkan fungsi terbalik: kemungkinan
mengisi daya baterai dari sebuah sumber arus AC (jaringan listrik, genset dll).
Inverter tipe ini dikenal sebagai charger/inverter.
Automati fail-over. Beberapa inverter dapat berpindah secara
otomatis di antara sumber daya yang berbeda (jaringan listrik PLN, pembangkit
daya listrik, surya) tergantung pada apa yang tersedia.
Ketika menggunakan peralatan telekomunikasi, sebaiknya menghindari
penggunaan konverter DC/AC dan memberi daya kepada mereka secara langsung dari
sebuah sumber DC. Kebanyakan peralatan komunikasi dapat menerima tingkatan
input tegangan yang cukup lebar.
2.7. Peralatan Atau Beban
Sangat nyata bahwa pada saat keperluan daya
bertambah, bertambah pula pengeluaran biaya sistem fotovoltaik. Maka sangat
penting untuk menyamakan ukuran sistem sesama mungkin dengan beban yang ada.
Ketika mendesain sistem, anda terlebih dulu harus membuatkan perkiraan
realistis konsumsi maksimum. Ketika instalasi sudah terpasang, tingkat konsumsi
maksimum yang sudah ditentukan harus dipatuhi untuk menghindari sering
terjadinya pemadaman listrik.
2.7.1. Peralatan rumah
Penggunaan
daya surya fotovoltaik tidak dianjurkan untuk aplikasi penukaran panas (pemanas
listrik, kulkas, pemanggang roti, dll. ) Sebisa mungkin, daya sebaiknya
digunakan dengan hemat memakai peralatan berdaya rendah. Ini beberapa hal yang
perlu diingat ketika memilih peralatan yang pas untuk penggunaan dengan sistem
surya:
Daya
surya fotovoltaik cocok untuk penerangan. Dalam kasus ini, penggunaan bola
lampu halogen atau lampu berpendar (fluorescent) adalah suatu keharusan.
Walaupun lampu ini lebih mahal, mereka mempunyai efisiensi daya yang lebih baik
daripada bola lampu ringan yang pijar (incandescent). Lampu LED juga merupakan
pilihan yang baik karena mereka sangat efisien dan diberi input daya DC.
Adalah
mungkin untuk menggunakan daya fotovoltaik untuk peralatan yang memerlukan
konsumsi rendah dan terus-menerus (seperti dalam kasus yang umum, televisi).
Televisi kecil akan menggunakan daya yang lebih sedikit daripada televisi
besar. Juga pertimbangkan bahwa televisi hitam putih mengkonsumsi sekitar
setengah daya televisi berwarna.
Daya
surya fotovoltaik tidak dianjurkan untuk aplikasi apapun yang mengubah daya
menjadi panas (daya termal). Gunakanlah pemanasan surya atau LPG sebagai
alternatif.
Mesin
cuci otomatis yang biasa dapat digunakan, tetapi anda sebaiknya menghindari
penggunaan program mencuci apapun yang terdapat pemanasan air terpusat.
Jika
anda harus menggunakan kulkas, kulkas tersebut sebaiknya mengkonsumsi daya
sesedikit mungkin. Ada kulkas yang khusus yang bekerja di DC, walaupun konsumsi
mereka bisa cukup tinggi (sekitar 1000 Wh/hari). Estimasi konsumsi total adalah
langkah pokok dalam menentukan besaran ukuran sistem surya anda.
2.7.2. Peralatan telekomunikasi
nirkabel
Menghemat
daya dengan memilih peralatan yang sesuai menekan pengeluaran dan mengurangi
kesulitan. Misalnya, hubungan jarak jauh tidak terlalu memerlukan amplifier
yang kuat yang menggunakan banyak daya. Sebuah kartu Wi-Fi dengan kepekaan
receiver yang baik dan zona fresnel sedikitnya 60% jelas akan berfungsi lebih
baik daripada amplifier, dan juga menghemat penggunaan daya. Pepatah tenar
amatir radio juga berlaku di sini: amplifier terbaik adalah antena yang baik.
Tindakan lebih lanjut untuk mengurangi pemakaian daya termasuk menambah
kecepatan CPU, mengurangi daya pancar sampai ke nilai minimum yang cukup untuk
memberikan hubungan yang stabil, menambah panjang interval beacon, dan
mematikan sistem selama sistem tersebut tidak diperlukan.
Kebanyakan
sistem pembangkit tenaga surya mandiri bekerja di 12 atau 24 volt. Lebih baik,
alat nirkabel yang menggunakan tegangan DC sebaiknya digunakan, yang beroperasi
di tegangan 12 Volt yang disediakan oleh kebanyakan baterai asam timbal.
Mengubah tegangan yang disediakan oleh baterai menjadi AC atau memakai tegangan
di input titik akses yang berbeda dari tegangan baterai akan menyebabkan
kehilangan daya yang tidak perlu. Sangat baik jika kita menggunakan router atau
titik akses yang menerima 8-20 Volt DC.
Kebanyakan
titik akses yang murah mempunyai pengatur tegangan switching di dalamnya dan
akan berkerja pada kisaran tegangan tersebut tanpa modifikasi atau menjadi
panas (sekalipun alat dipaketkan dengan sumber listrik 5 atau 12 Volt).
PERINGATAN:
mengoperasikan titik akses anda dengan sumber listrik lain daripada yang
disediakan oleh pabrik tentunya akan membatalkan garansi apapun, dan mungkin
menyebabkan kerusakan pada peralatan anda. Teknik berikut akan bekerja seperti
yang dijelaskan, tapi ingat jika anda mencobanya, anda melakukannya dengan
resiko anda sendiri.
Buka
titik akses anda dan perhatikan bagian dekat input DC untuk dua kapasitor yang
relatif besar dan sebuah induktor (ferrite toroid dengan kawat tembaga yang
dibelitkan padanya). Jika mereka ada, maka alat tersebut mempunyai input
switch, dan tegangan input maksimum sebaiknya agak di bawah tegangan yang
tertulis pada kapasitor. Biasanya penilaian kapasitor ini adalah 16 atau 25
volt. Perhatikan bahwa sumber listrik yang tidak teratur mempunyai gelombang
dan mungkin memberikan input tegangan yang jauh lebih tinggi kepada titik akses
anda daripada tegangan umum yang disarankan oleh apa yang tertulis.
Oleh
sebab itu, menyambung sumber listrik yang tidak teratur dengan tegangan 24 Volt
ke alat dengan kapasitor bertegangan 25 Volt bukanlah hal yang baik. Tentunya,
membuka alat anda akan membatalkan garansi apapun yang ada. Jangan coba-coba
menjalankan titik akses di tegangan yang lebih tinggi jika titik akses itu
tidak mempunyai regulator switching. Titik akses akan menjadi panas, rusak,
atau terbakar.
Peralatan
berdasarkan CPU tradisional Intel x86 adalah peralatan yang boros daya
dibandingkan dengan arsitektur berbasis pada RISC seperti ARM atau MIPS. Satu
dari banyak motherboard dengan konsumsi daya terendah adalah platform Soekris
yang menggunakan prosesor AMD ElanSC520. Pilihan yang berbeda dari AMD (ElanSC
atau Geode SC1100) adalah penggunaan peralatan dengan prosesor MIPS. Prosesor
MIPS mempunyai kinerja yang lebih baik daripada AMD Geode, sesuatu yang harus
dibayar dengan konsumsi daya antara 20-30% lebih banyak.
Linksys
WRT54G yang populer berfungsi di tegangan antara 5 dan 20 volt DC dan
menggunakan daya sekitar 6 Watt, tetapi alat ini memiliki Ethernet switch
didalamnya. Mempunyai sebuah switch tentu saja baik dan berguna - tetapi switch
ini menggunakan daya ekstra. Linksys juga menyediakan titk akses Wi-Fi yang
dinamakan WAP54G yang menggunakan daya hanya sebesar 3 Watt dan dapat
menjalankan OpenWRT dan Freifunk firmware. Sistem 4G Accesscube menggunakan
daya sekitar 6 Watt ketika diperlengkapi dengan sebuah antarmuka WiFi. Jika
802.11b cukup, maka kartu mini PCI dengan chipset Orinoco berkinerja dengan
baik saat menggunakan daya minimum.
0 komentar:
Posting Komentar